SURABAYA | Kota Surabaya menyandang predikat “Kota Toleransi” peringkat satu di Jawa Timur dan peringkat keenam se Indonesia. Dan untuk menjaga toleransi serta pluralisme di kota Surabaya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menghibahkan asset Pemkot Surabaya di Jalan Nginden Baru 6 No. 28 Surabaya sebagai Rumah Bhinneka untuk dipergunakan bersama organisasi FPK (Forum Pembauran Kebangsaan Surabaya), FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Surabaya, JPM (Jejaring Panca Mandala) Kota Surabaya dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) se Surabaya.
Setelah direnovasi beberapa waktu, Selasa 31/1/2023, Walikota Surabaya yang akrab disapa Cak Eri itu meresmikan Rumah Bhineka. Namun sebelum prosesi pengguntingan pita, Cak Eri terlebih dulu menyerahkan SK (Surat Keputusan) FPK (Forum Pembauran Kebangsaan) kota Surabaya periode 2023-2026 kepada Ketua FPK kota Surabaya, Hoslih Abdullah yang biasa dikenal akrab sebagai Cak Dullah.
Rumah Bhinneka diwujudkan Pemkot Surabaya sebagai bentuk riil pengejahwantaan semboyan bangsa Indonesia, “Bhineka Tunggal Ika” yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila dan bermakna “Berbeda-beda tetapi tetap satu”
Sebagai “Kota Dagang”, Surabaya sudah pasti dihuni beragam suku, ras dan agama serta keyakinan yang majemuk. Plural. Walaupun terdiri dari berbagai elemen, namun kadar toleransi dan pluralisme berbagai elemen di Kota Pahlawan ini sangat besar. Semua elemen di kota Surabaya dapat saling berdampingan dan saling menghormati.
Disampaikan Eri, saat Natal, Surabaya bernuansa Natal Saat perayaan Imlek, Surabaya bernuansa Imlek. Saat bulan Romadhon dan Idul Fitri, Surabaya bernuansa Muslim, demikian pula saat perayaan agama Hindu/Budha dan lainnya. Dan hebatnya…, di Surabaya ini tidak ada yang mempermasalahkan keberagaman itu.
Tak pelak, saat tertentu pasti ada saja riak-riak kecil antar berbagai suku/ras dan agama/keyakinan itu. Dalam situasi kondisi itulah Rumah Bhineka itu diharapkan Eri menunjukkan fungsinya.
Eri berharap Rumah Bhineka difungsikan bukan hanya sekedar sebagai tempat gagasan-gagasan atau rapat-rapat saja, namun lebih dari itu diharapkan dapat memasyarakat dan menjadi tempat berkumpul semua suku/ras yang ada di Surabaya. Dan kalau ada sedikit riak yang terjadi, bisa diredam dan dilakukan pembinaan oleh kumpulan suku/ras/agama/ keyakinan masing masing yang ada di Rumah Bhineka. “Contoh, suku Papua adalah yang mengingatkan adalah orang Papua. Begitu pula dengan suku Batak, suku Jawa, suku Minang, suku Aceh, suku Ambon dan lainnya” ujarnya.
Cak Eri mengajak seluruh lapisan masyarakat bersinergi bersama Pemkot Surabaya dalam melaksanakan pembangunan dan bersama TNI/Polri menjaga kesatuan dan persatuan serta ikut menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi seluruh agama, keyakinan, suku, dan ras yang ada di Kota Surabaya.
Turut hadir dalam acara peresmian, jajaran Forkopimda Kota Surabaya, Sekretaris Kota Surabaya M. Ikhsan yang mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang cukup legendaris, Kepala Bangkesbangpol (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik) Kota Surabaya, Maria Theresia Ekawati Rahayu, beserta jajaran Pemkot Surabaya lainnya. Hadir pula Ketua Umum PJI (Persatuan Jurnalis Indonesia) Hartanto Boechori, Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya Hoslih Abdullah, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Surabaya Muhammad Yasid, dan Ketua Jejaring Panca Mandala (JPM) Kota Surabaya Harmanto.
Ketua Jejaring Panca Mandala (JPM) Kota Surabaya Harmanto mengatakan, Rumah Bhinneka diharapkan menjadi tempat berkumpul untuk mempererat persatuan dalam menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila untuk seluruh lapisan masyarakat di Kota Pahlawan.
Ditemui di lokasi yang sama, Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya Hoslih Abdullah mengatakan, “Dukungan Pemkot Surabaya dan Wali Kota Cak Eri sangat luar biasa. Kami akan segera membahas program utama untuk segera turun dan melakukan kegiatan dikalangan masyarakat,” kata Cak Dullah.
Senada dengan Cak Dullah, Ketua Jejaring Panca Mandala (JPM) Kota Surabaya Harmanto mengatakan, Rumah Bhinneka diharapkan menjadi tempat berkumpul untuk mempererat persatuan dalam menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila untuk seluruh lapisan masyarakat di Kota Pahlawan.
Ketua Umum PJI Hartanto Boechori yang juga Pengurus FPK mengapresiasi gagasan Cak Eri sebagai Langkah riil mendukung semboyan “NKRI Harga Mati”. Bukan hanya sekedar ide-ide saja tanpa eksekusi. Cak Boechori menyampaikan ke Cak Eri, “Rumah Bhineka ini sebagai pionir gerakan riil toleransi dan pluralisme dan wajib dibesarkan”. Dan diamini Cak Eri, “Ya pasti harus dibesarkan. Pasti didukung oleh Kapolres dan lainnya”.
“Saya juga akan mendorong teman-teman anggota PJI membantu mempublikasikan maksimal gerakan riil ini”, Cak Boechori mengakhiri.